
KEPRINEWS – Gerakan Pangan Murah (GPM) menjadi langkah strategis pemerintah dalam mengatasi fluktuasi harga pangan yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Saat ini GPM sudah diterapkan di seluruh Indonesia.
Analisis Ketahanan Pangan Ahli Madya Badan Pangan Nasional (Bapanas), Denny Eswan menjelaskan, bahwa GPM atau pasar murah tengah di gencar secara Nasional baik menggunakan anggaran Bapanas (APBN), APBD Provinsi, maupun APBD kabupaten kota.
“GPM, yakni gerakan yang tidak hanya dilakukan di satu lokasi, satu UKPD, maupun satu komunitas, tapi semuanya bergerak baik dari pusat hingga daerah,” kata Denny, Selasa (26/3/2014).
Ia menyebutkan, secara nasional sejak Januari hingga Maret 2024, sebanyak 2.200 kali gerakan pangan murah telah dilaksanakan di 34 Provinsi yang ada di Indonesia.
Dalam hal itu, kegiatan GPM juga turut menghadirkan langsung pihak Bulog, distributor, serta Kelompok Wanita Tani (KWT) tanpa ada rantai pemasaran, sehingga akses pangan masyarakat jadi lebih mudah dengan harga pangan yang lebih murah dibandingkan harga pasar.
“Mudah-mudahan GPM ini dapat lebih masif lagi dalam rangka menjelang HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha dan Nataru,” ujarnya.
Ia menuturkan, Bapanas juga telah menganggarkan dana untuk kegiatan GPM dua kali dalam setahun di masing-masing Kabupaten/Kota, dan 10 kali GPM di masing-masing Provinsi.
“Sehingga untuk seluruh Kabupaten/Kota yakni sebanyak 514 kali GPM yang akan kita gelar,” jelasnya.
Lanjutnya, adapun anggaran yang digelontorkan setiap event GPM dari Bapanas yakni sekitar Rp15 juta per GPM, lalu dari Provinsi sebesar Rp20 juta per GPM.
Masing-masing Provinsi juga telah menyediakan anggaran sebesar Rp29 miliar untuk kegiatan GPM sepanjang tahun 2024 ini.
“Selain itu, kita juga punya anggaran pusat sekitar Rp3 miliar, untuk memfasilitasi permintaan dari Ormas-ormas, kecamatan, dan kelurahan,” pungkasnya. (un)