KEPRINEWS – Dengan naiknya harga daging ayam yang meroket, tembus Rp43 ribu, sejumlah pedagang, baik itu yang berjualan di pasar maupun di tempat lain, mengatakan hal yang sama. Dimana, daya beli masyarakat tidak bisa mengikuti kenaikan harga daging di pasaran.
Hal ini katakan oleh Yona, pedagang daging Ayam di Batu 9, kepada keprinews.co, Senin (4/9), bahwa volume belanja konsumen turun drastis. Dampak kenaikan harga, konsumen lebih memilih bahan baku untuk lauk dan masakan yang lebih murah.
“Rata-rata pelangan saya di kalangan ibu-ibu rumah tangga, yang biasanya memesan daging, yang belanja per dua atau tiga hari, saat ini tidak lagi. Rata-rata yang membeli hanya orang-orang yang kebetulan lewat di tempat jualannya. Selain modal belanja ikut naik, penjualan menjadi seret dan turun, terangnya.
Yona sebagai pedagang ikut keluhkan harga daging ayam yang belum menyentuh kondisi normal. Sudah sekitar 3 bulan harga daging naik. Tidak tahu kapan harganya bisa normal kembali di Tanjungpinang. Dari harga Rp43 ribu, beberapa hari ini diturunkannya sendiri, dijual dengan harga Rp42 ribu, namun tidak mempengaruhi daya beli masyarakat.
Seirama dengan itu, salah satu pedagang daging ayam di Pasar Bincen, yang biasa disapa Am, menambahkan, bahwa penjualan daging mengalami penurunan. Bagi dirinya sebagai pedagang, ikut merasakan dampak ketidakstabilan harga daging Ayam yang terus melonjak. Akibat kenaikan harga tersebut, membuat penurunan omset pedagang.
Lanjutnya, ternyata di tingkat peternak ayam potong, juga mengeluhkan pengurangan kuantitas pengiriman atau bibit ayam dari produsen yang masih berlanjut. Kondisi ini dikhawatirkan tidak akan mempengaruhi langkah-langkah untuk membantu menurunkan harga daging Ayam di pasaran.
Dari perkiraan Am, bahwa penyebab tingginya harga daging ayam di pasar-pasar saat ini, salah satunya dipicu oleh stok yang berkurang. Karena pasokannya terus berkurang, maka harga daging Ayam di tingkat peternak naik, otomatis di pedagang pasar ikut naik.
“Situasi ini harus menjadi atensi pemerintah untuk diperhatikan penyediaan bibit ayam. Kalau kondisi ini terus dibiarkan, maka harganya di pasar tidak akan pernah turun dan stabil,” ungkapnya.
Untuk menstabilkan kembali harga daging tersebut, itu harus ada campur tangan pemerintah pada peningkatan ketersediaan bibit ayam. Pasalnya, yang menjadi persoalan di tingkat peternak, kuantitas bibit ayam itu jauh berkurang penyediaannya.
Marlina, salah satu pemilik warung makan di Bintan Center, sangat mengeluhkan kenaikan harga daging Ayam yang terus meroket. Karena, tidak bisa menaikan harga jual makanan ke konsumen.
“Kalau kami naikin, pasti lari langganan kami. Beberapa waktu lalu saya naikin hanya seribu, per porsi, itu pun terasa dampaknya, omset penjualan ikut menurun. Jadi sangat beresiko apabila kami naikin harga jual makanan,” ucapnya.
Kepala Seksi Stabilisasi Harga Disperdagin Kota Tanjungpinang, Malik, menyampaikan, baru-baru ini, kepada keprinews.co, menyampaikan, kenaikan harga ayam di pasar tradisional karena dipicu oleh beberapa faktor.
“Faktor kenaikan itu kami ketahui saat rapat bersama distributor ayam, yang dipimpin Kepala Disperdagin beberapa hari lalu,” ujarnya Malik.
Menurut keterangan distributor ayam, kenaikan harga disebabkan, tumbuh kembang ayam yang tidak maksimal di musim angin dan hujan ini.
“Biasanya durasi panen itu sekitar 28 hingga 34 hari, tapi karena faktor cuaca, maka panen tidak merata, alhasil pasokan menjadi kurang,” ungkapnya.
Lanjutnya, distributor ayam yang seharusnya menyuplai ke pedagang misalnya 150 kilogram per hari, turun menjadi 100 kilogram per hari.
“Imbasnya harga di pasaran menjadi naik. Sekarang tertinggi di angka Rp 42 ribu per kilogram,” terangnya.
Alasan kedua kenaikan harga ayam ini, menurut distributor, akibat vitamin ayam yang juga mengalami kenaikan harga. “Ayam itu juga dikasih vitamin,” katanya.
Untuk alasan selanjutnya, tambah Malik, harga pakan ayam sekarang ini juga mengalami lonjakan harga. “Per karung harga pakan naik sekitar Rp 15 ribu,” ucapnya.
Malik sendiri tak bisa memastikan, apakah kenaikan harga ayam ini, juga dipengaruhi penggusuran jutaan ayam dan kandang di Rempang, Batam.
“Memang ada sebagian distributor mengambil di Batam. Tapi apakah pengaruh dari kejadian itu, kami tidak mengetahuinya. Karena distributor tidak ada menyebutkan,” sebutnya. (red)