KEPRINEWS – Diketahui, Panti Jompo Rumah Bahagia Bintan didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Bintan pada tanggal 2007, di Kawal, Kecamatan Gunung Kijang.
Pada saat itu, di masa Dewi kumalasari menjabat sebagai Ketua Tim penggerak PKK Kabupaten Bintan.
Masa tersebut, PKK Bintan memiliki gagasan untuk mengayomi serta memberikan bantuan kehidupan yang layak bagi orang tua maupun lansia, serta keluarga yang kurang mampu. Pada awal didirikannya, Rumah Bahagia dihuni sebanyak 7 orang. Dikarenakan, pengelolaannya sangat baik memperlakukan panti jompo, membuat nama Rumah Bahagia Bintan dikenal di berbagai daerah lain. Dan sampai saat ini penghuninya terus bertambah.
Menjadi percontohan nasional, mulai dari gagasan dan pengelolaannya, rombongannya pengurus TP-PKK Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) melakukan kunjungan studi komparatif ke Kabupaten Bintan untuk melihat dan mempelajari konsep pengelolaan rumah bahagia.
Dipimpin langsung oleh Gubernur Sulsel Andi Sudirman bersama Ketua PKK Naoemi Octarina dan rombongan disambut baik Ketua TP-PKK PKK Dewi Ansar bersama Ketua PKK Bintan Hafizha Rahmadhani.
Pasa saat itu, Dewi Ansar menjelaskan berbagai teknis pengelolaan hingga sejarah dan tujuan didirikannya Rumah Bahagia tersebut. Dikatakan Dewi, salah satu faktor yang penting untuk pengelolaannya, dikarenakan terjadi sinergitas, kerja sama berbagai elemen, sehingga menghantarkan kesuksesan Rumah Bahagia Bintan.
Ditambahkan Hafizha Rahmadhani dalam dialog bersama, disebutkan beberapa inovasi baru yang dilakukan. Dengan memproritaskan kebutuhan Rumah Bahagia menjadikan pengelolaan panti jompo ini dikenal baik oleh masyarakat.
“Juru masaknya, pengawas dan pengasuhnya melakukan tugasnya dengan maksimal. Intinya seperti kata Ibu Fiven tadi, di sini kakek dan nenek tidak pernah salah, kita di sini tugasnya memberi mereka kebahagiaan,” ungkapnya, Kamis (24/08).
Rombongan TP-PKK Sulawesi Selatan kemudian diajak berkeliling melihat langsung kondisi Rumah Bahagia Bintan. Setelah melakukan dialog bersama, hasil akhir yang disampaikan Gubernur Sulsel, bahwa manajemen pengelolaan Rumah Bahagia yang akan mereka bawa pulang untuk diadopsi untuk diimplementasikan di daerah mereka. (red)