
KEPRINEWS – Kemajuan teknologi dan perkembangan pasar online telah membawa dampak yang signifikan terhadap toko-toko tradisional di Tanjungpinang.
Banyak toko yang merasa terancam oleh kehadiran pasar online yang menawarkan harga yang lebih murah dan kemudahan berbelanja.
Meskipun ada yang berpendapat bahwa toko online merupakan ancaman bagi toko offline, ada pula yang berpendapat bahwa bisnis offline masih dapat bersaing dengan berinovasi untuk meningkatkan efisiensi dan pengalaman pelanggan.
Namun, belakangan ini pertumbuhan belanja online telah menyebabkan penurunan kunjungan pengunjung ke pasar tradisional dan toko offline, yang dapat mengakibatkan penurunan penjualan dan pendapatan.
Menurut Dina, pemilik toko pernak-pernik di Jalan Gambir, bahwa kehadiran pasar online telah membuat penjualan toko-toko tradisional menurun.
“Memang toko online sangat berpengaruh besar terhadap toko-toko tradisional. Banyak dari masyarakat lebih memilih toko online, sehingga penjualan di toko kami ikut merosot,” tuturnya.
Dina menyebut, bahwa penjualan di tokonya semakin tahun semakin menurun, selain karna dampak ekonomi masyarakat yang semakin sulit, pengaruh pasar online yang kian merebak nyatanya mampu menarik minat pembeli yang lebih besar.
“Ini sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir, karena toko online sekarang sudah lebih kompleks dan menawarkan produk yang cukup lengkap,” ujarnya.
Tak hanya itu, toko online atau e-commerce juga turut berdampak pada penjahit baju tradisional di Tanjungpinang.
Tampaknya, era digital sangat berpengaruh besar dan kompleks terhadap jasa yang ditawarkan oleh pasar-pasar tradisional.
Ridwan, pemilik usaha tailor di Tanjungpinang, mengaku sudah 10 tahun berprofesi sebagai penjahit pakaian. Setiap menjelang Lebaran, banyak dari masyarakat yang menggunakan jasanya untuk pembuatan baju Lebaran.
Di tengah gempuran era digital yang membuat banyak orang lebih memilih membeli pakaian jadi secara online, penjahit di Tanjungpinang tetap eksis dan bertahan.
Meskipun tren belanja pakaian online meningkat, namun masih ada banyak orang yang menghargai pakaian buatan tangan yang pas di badan dan nyaman dikenakan.
“Memang toko online membuat masyarakat lebih banyak membeli baju secara online dibandingkan membuat baju pesanan dari penjahit. Biasanya menjelang lebaran, bisa sampai 10 stelan yang dipesan, namun kini hanya beberapa saja,” ujarnya.
Meski persaingan dengan produk jadi semakin ketat, Ridwan tetap optimistis. Baginya, menjahit bukan hanya pekerjaan, tetapi juga seni dan keahlian yang harus terus dijaga.
Tak hanya itu, para penjahit di Tanjungpinang juga tetap menjaga kualitas pakaian buatan mereka, dan tentunya nyaman dikenakan pelanggan.
“Saya tetap bersyukur, meski belanja online tengah merebak di kalangan masyarakat. Namun, masih ada sejumlah pelanggan setia yang masih menggunakan jasa penjahit,” pungkasnya. (un)