
KEPRINEWS – Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ganet, Tanjungpinang bukan hanya menjadi masalah lingkungan, tetapi juga sebagai sumber rezeki bagi puluhan pemulung yang mencari nafkah dari tumpukan tersebut.
Para pemulung di TPA Ganet terus menjalani aktivitas mereka mulai pagi hingga sore hari untuk memilah barang-barang yang masih bernilai dari sampah yang baru saja diangkut dari Tanjungpinang.
Profesi ini mereka tekuni karena menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Kehadiran pemulung juga tak hanya menjadi mata pencaharian, namun juga memberikan kontribusi dalam pengelolaan sampah di Tanjungpinang.
Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) TPA Ganet, Asa’ad Siregar menjelaskan, bahwa dalam pengelolaan sampah, tak lepas dari peran aktif pemulung dalam mengumpulkan sampah-sampah yang dapat didaur ulang untuk dimanfaatkan kembali.
Selain itu, keterlibatan pemulung dalam mengurangi beban sampah menjadi sangat penting. Sebab, aktivitas pemulung dapat mengurangi tumpukan sampah dan bahkan memperpanjang umur dari TPA tersebut.
“Kehadiran pemulung sangat membantu mengurangi tumpukan sampah di TPA, sehingga dapat memperpanjang masa pakai TPA,” kata asa’ad, Jum’at (4/9/2024).
Ia juga turut bersyukur dengan kehadiran pemulung, meski mereka harus menghadapi kondisi kerja yang keras dan terkadang berbahaya. Termasuk terpapar bahan beracun dari sampah dan resiko terjatuh atau terluka benda tajam.
Tambah lagi, kehadiran pemulung menjadi mitra dalam mengatasi pengelolaan sampah, yang turut memberikan sumbangsih mengurangi tumpukan sampah di TPA.
“Saya malah bersyukur dengan kehadiran mereka (pemulung). Kalau saya melihat pemulung, itulah arti syukur yang sebenarnya. Mereka juga membantu mengurangi timbulan sampah di TPA, termasuk kami menggalakkan pembuatan kompos, pavin blok dan BBM berbahankan sampah plastik,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu pemulung di TPA Ganet, Uat (67 tahun) mengaku sudah 10 tahun ia mengais rezeki dari tumpukan sampah di TPA tersebut.
Menurutnya, dalam sehari dirinya berhasil mendapatkan keuntungan Rp15 ribu dari hasil mengais sampah organik, seperti kaleng, botol, hingga kardus.
“Penghasilan tergantung kerajinan kita, kalau saya sudah tua jadi tenaga kurang. Sehari bisa dapat Rp15 ribu dan terkadang sebulan bisa terkumpul Rp300 ribu, yang penting cukup untuk makan,” tegarnya.
Meski diumur yang tak muda lagi, tak mengecilkan semangatnya untuk terus mengorek tumpukan sampah untuk mencari barang-barang yang masih bernilai dan dapat dimanfaatkan kembali.
“Kurang lebih ada sebanyak 50 pemulung yang beraktivitas di TPA ini, terkadang ada juga orang baik yang masuk untuk membagikan sembako kepada kami,” pungkasnya. (un)