KEPRINEWS – Gelombang tinggi di perairan Bintan berdampak luas pada kehidupan nelayan di Kota Tanjungpinang. Angin kencang yang turut memicu gelombang tinggi yang dapat mencapai 2-2,5 meter membuat para nelayan memilih untuk tidak berlayar.
Hal ini diungkapkan oleh nelayan asal Dompak Lama, Sulaiman saat dikonfirmasi pada Rabu (6/9/2023), ia menyampaikan bahwa sudah satu bulan lamanya ia dan sejumlah nelayan pada umumnya tidak bisa melaut lantaran gelombang tinggi.
“Dari bulan Agustus kita tidak melaut, berarti sudah ada sekitar satu bulan lebih,” tuturnya.
Melihat kondisi ini, membuat banyak nelayan kehilangan mata pencahariannya, sehingga juga berdampak pada kurangnya penghasilan sehari-hari.
“Kalau untuk melaut jauh tidak bisa, jadi nelayan sekarang hanya berjuang di pinggiran saja mencari gonggong atau udang, itupun hasilnya sangat minim,” imbuhnya.
Ia menyebutkan, kondisi angin kencang dan gelombang tinggi ini memang umumnya terjadi setelah musim angin selatan usai.
Dan menurut prediksinya, kondisi ini biasanya akan berlangsung selama dua bulan.
“Kalo dari bulan Juni sudah ada angin selatan, maka bulan Agustus sudah mulai terasa. Nah kondisi gelombang kuat seperti ini sudah terjadi dari Agustus kemarin dan kemungkinan akan berlangsung sampai akhir September,” jelasnya.
Sebelumnya, imbauan angin kencang dan gelombang tinggi telah disampaikan oleh prakirawan BMKG Kota Tanjungpinang, Rizqi Nurfitriani pada Selasa (5/9/2023) kemarin.
Menurutnya, peningkatan gelombang laut naik cukup signifikan, yang saat ini ketinggiannya dapat mencapai 2 sampai 2,5 meter.
Oleh karena itu, ia menghimbau kepada para nelayan agar dapat membatasi aktivitas melaut demi keselamatan.
“Diharapkan kepada nelayan dan masyarakat sekitar pesisir untuk mewaspadai perubahan cuaca yang dapat mempengaruhi gelombang laut, karna gelombang saat ini sedang mengalami peningkatan dari hari-hari sebelumnya,” imbaunya. (un)