KEPRINEWS – DPRD Provinsi Kepri dari Komisi I melakukan Sidak di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Batam, Jumat (18/09/2020), terkait laporan masyarakat terkait adanya indikasi permainan dalam pemeriksaan rapid test dan swab test di KKP kelas I Batam untuk Anak Buah Kapal (ABK).
Komisi I yang dipimpin oleh Wakil Ketua III DPRD Kepri dr Afrizal Dahlan, melihat dan memantau proses Rapidtest dan Swab test yang dilakukan di KKP kelas I Batam.
Salah satu anggota Komisi I Boby Jayanto setelah melihat tempat yang dijadikan tempat pengetesan kesehatan Covid-19 di KKP, ia mengatakan tempat tersebut kurang layak dijadikan sebagai tempat pemeriksaan kesehatan.
“Di sini tempatnya tidak memenuhi syarat protokol kesehatan, tidak ada protokol kesehatan sesuai imbauan pemerintah,” pungkas Boby.
Anggota Komisi I DPRD Kepri lainnya, Uba Ingan Sigalingging juga menyebutkan sidak yang dilakukan ke KKP kelas I Batam karena mendapat keluhan dari ABK yang mengeluhkan biaya rapid test yang terlalu mahal hingga mencapai Rp 450 ribu
“Menurut pengakuan para ABK, mereka diarahkan oleh imigrasi ke agen kapal agar seluruh ABK melakukan rapid test dan swab test di Klinik KKP,” tanya Uba.
Uba mengatakan akibat pematokan biaya rapid test yang dianggap terlalu mahal itu ABK kapal, ada yang sampai nekat sembunyi-sembunyi ke luar bahkan sampai ada yang lompat dari kapal agar bisa berjalan ke luar.
“Kalau mereka negatif Covid-19 tidak terlalu masalah. Yang mengkhawatirkan jika mereka terkonfirmasi positif itu yang bahaya apalagi tren angka positif di Batam terus meningkat,” ujar Uba.
Uba juga menyebutkan bahwa ABK yang mengeluh kepada dirinya itu mempertanyakan kenapa harus di KKP kelas I Batam.
“Ternyata mereka tidak diizinkan ke tempat lain oleh agen dimana agen diarahkan Imigrasi harus ke KKP kelas I Batam,” ujar Uba.
Perwakilan KKP kelas I Batam yang menjumpai dan berdialog dengan Komisi I DPRD Kepri ialah Kepala Bidang Pengendalian Karantina dan Survilance Epidemiologi KKP Batam, Romer Simanungkalit.
Romer menjelaskan untuk biaya rapid test yang disebutkan sebesar Rp 450 ribu pihaknya tidak tau hal tersebut.
“Dulu awal Covid-19 kita diberi 3.000 alat untuk kita bagikan ke pengguna jasa. Karena ada beberapa agen yang meminta belakangan kita memberikan rapid test yang disediakan koperasi kita yang harganya tidak lebih dari Rp 200 ribu,” ujar Romer. (Net/Tri)