OPINI – Kalau ngomongin mahasiswa, orang-orang sering lihat dari banyak sisi. Ada yang bilang mahasiswa itu calon penerus bangsa yang bakal bikin perubahan, tapi ada juga yang ngerasa mahasiswa kurang peka sama kehidupan sosial di sekitar mereka. Yuk kita bahas dari beberapa sudut pandang yang sering muncul di kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan
Banyak yang percaya kalo mahasiswa itu agen perubahan. Wajar aja sih, soalnya sejarah negeri kita banyak dipengaruhi sama gerakan mahasiswa. Dari masa penjajahan sampai reformasi, mahasiswa selalu di depan. Orang-orang berharap mahasiswa sekarang juga kritis sama keadaan sekitar, berani suarain ketidakadilan, dan bisa dorong perubahan sosial.
Tapi di sisi lain, ada juga yang bilang gerakan mahasiswa sekarang mulai hilang greget. Mungkin gara-gara teknologi bikin hidup makin nyaman, mahasiswa lebih sibuk sama urusan pribadi atau media sosial ketimbang turun ke jalan buat suarain hal penting.
Mahasiswa dan Kehidupan Sosial
Buat beberapa orang tua di kampung atau kota kecil, mahasiswa itu kebanggaan. “Anak saya kuliah di universitas,” sering jadi kalimat andalan. Harapannya, si mahasiswa ini bakal sukses dan bawa keluarganya ke level yang lebih tinggi.
Tapi ada juga yang ngerasa mahasiswa makin jauh dari realita sosial. Kadang mereka terlalu fokus sama urusan kampus, sampai lupa kalo di luar sana banyak masalah yang butuh perhatian mereka. Di beberapa tempat, mahasiswa malah dianggap menjauh dari masyarakat sekitar.
Mahasiswa dan Gaya Hidup
Stereotip lain soal mahasiswa adalah gaya hidupnya. Ada yang bilang mereka boros, suka nongkrong di kafe, atau terlalu mikirin penampilan. Padahal nggak semua mahasiswa kayak gitu. Banyak juga yang harus kerja sambilan buat biayain kuliah dan kebutuhan hidup.
Di sisi lain, mahasiswa dianggap sebagai kelompok yang dinamis, kreatif, dan selalu update. Mereka sering bawa tren baru, baik di teknologi atau budaya pop. Masyarakat kadang lihat mahasiswa sebagai “role model” gaya hidup modern.
Mahasiswa dan Politik Praktis
Kalau udah ngomongin politik, mahasiswa sering diharapkan jadi penggerak perubahan. Dulu, mahasiswa dikenal kritis dan berani lawan kebijakan pemerintah yang dianggap nggak adil. Gerakan reformasi 1998 jadi bukti betapa kuatnya suara mahasiswa.
Tapi sekarang, keterlibatan mahasiswa di politik sering memicu kontroversi. Ada yang bilang mereka udah nggak idealis lagi dan cuma jadi ‘boneka’ partai politik. Tapi ada juga yang merasa keterlibatan mereka wajar, soalnya mereka bagian dari masyarakat yang punya hak politik.
Banyak mahasiswa yang aktif di organisasi kampus kayak BEM atau organisasi ekstra kayak HMI, PMII, dan GMNI. Keterlibatan mereka sering bawa ke politik praktis. Tapi masyarakat berharap mahasiswa tetap pegang idealisme, jadi pengkritik kebijakan yang menyimpang, bukan alat politik.
Mahasiswa di Mata Organisasi
Dalam organisasi kampus, mahasiswa sering dilihat sebagai motor penggerak utama. Mereka diharapkan bisa bawa ide-ide segar dan berani ambil peran. Di organisasi besar seperti HMI, PMII, atau GMNI, mahasiswa dibina untuk jadi pemimpin masa depan.
Tapi, nggak semua mahasiswa mau aktif di organisasi. Kadang yang terlibat juga harus pintar jaga idealisme sambil hadapin realita politik di dalam maupun luar kampus.
Kesimpulannya
Mahasiswa punya banyak peran dan pandangan di masyarakat. Ada yang lihat mereka sebagai harapan masa depan, ada yang merasa kurang terlibat. Di politik, keterlibatan mereka sering dianggap penting tapi juga kontroversial. Sementara di organisasi, mahasiswa dilihat sebagai pemimpin masa depan, meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi.
Harapannya, mahasiswa tetap kritis, terlibat di kehidupan sosial, dan nggak lupa sama tanggung jawabnya sebagai penerus bangsa. Meski ada banyak tantangan, peran mahasiswa tetap penting buat dorong perubahan positif di masyarakat. (Yuki Vegoeista, sebagai Kabid PTKP HMI Cabang Tanjungpinang-Bintan)