KEPRINEWS – Masyarakat Tanjungpinang mulai mengeluhkan sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) setempat, Minggu (8/8/2024).
Pasalnya, untuk bisa mendapatkan BBM subsidi tersebut, para konsumen harus mengantre cukup panjang hingga berjam-jam. Bahkan kondisi ini terjadi di setiap SPBU di Tanjungpinang.
Kondisi ini diperparah dengan adanya kerusakan mesin dispenser Pertalite di dua SPBU setempat, yakni di SPBU Batu 10 dan SPBU Sungai Carang yang kompak rusak sejak beberapa hari lalu.
Salah satu konsumen, Maya turut merasakan dampak yang kurang mengenakkan saat dirinya harus menyumbang banyak waktu untuk mengisi Pertalite.
Menurutnya, antrian panjang Pertalite ini tak biasa terjadi, dirinya juga mempertanyakan apakah dampak dari kebijakan QR Code atau malah stok Pertalite yang mulai kosong.
“Kemarin kan dengar-dengar Pertalite mau dihapus, atau mungkin gara-gara itu Pemerintah perlahan-lahan mengurangi (stok) Pertalite,” ucapnya bertanya.
Sementara itu, konsumen lainnya Rada juga mengutarakan hal yang sama, menurutnya hal ini tak biasa terjadi, dan baru berlangsung sejak beberapa hari belakangan ini.
Terkadang kata dia, jika sedang buru-buru ia terpaksa harus mengisi Pertalite botolan saja agar tak mengantri lagi.
“Kadang kalau mau kejar waktu kerja, biasa isi botol saja. Sekarang botol juga sudah naik Rp18 ribu per botol, jadi rasanya sekarang sudah serba mahal,” keluhnya.
Menanggapi hal tersebut, Pengawas SPBU Batu 10, Rasyid menjelaskan, bahwa masa transisi penerapan QR Code memang menjadi salah satu pemicu antrian yang terjadi di sejumlah SPBU.
“Kalo manual kan kita hanya tanya harga dan langsung isi, jadi antrian cepat berjalan. Berbeda dengan QR Code kita harus mengecek kendaraan dan akun QR yang digunakan, serta transaksi yang sedikit lebih lama,” jelasnya.
Apalagi, lanjutnya, jumlah kendaraan pengguna Pertalite semakin hari makin membludak, sehingga tak bisa dipungkiri kebutuhan dan permintaan Pertalite juga kian tinggi.
“Sekarang volume kendaraan juga lebih banyak, jadi kebutuhan BBM juga semakin meningkat. Namun untuk stok Pertalite sangat mencukupi, Pertamina selalu menyetok berapapun kami membutuhkan,” imbuhnya.
Menurutnya, kepemilikan QR Code juga sudah semakin banyak, dengan total keseluruhan lebih dari 50 hingga 70 persen sudah menggunakan QR Code.
“Sementara kalau yang belum memiliki QR Code masih dibatasi 20 liter per hari, dan maksimal batas 1 Oktober 2024 depan QR Code sudah diterapkan sepenuhnya,” pungkasnya. (un)