KEPRINEWS – Hasil uji laboratorium sumur warga Gang Nila 1 Jalan Soekarno Hatta, Kota Tanjungpinang yang diduga tercemar Bahan Bakar Minyak (BBM) akhirnya terungkap.
Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan langsung oleh PT Pertamina dengan menguji dua parameter, yakni destilasi dan dentisy menunjukan bahwa sumur warga tersebut tercemar oleh BBM berjenis minyak tanah.
“Dari hasil pemeriksaan uji lab menunjukan bahwa air sumur itu mengarah pada minyak tanah,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kita Tanjungpinang, Riono, Senin (5/12/2023).
Dengan hasil tersebut, dugaan adanya kebocoran di SPBU Batu Hitam yang dilaporkan oleh pemilik sumur dinyatakan gugur.
“Dugaan kebocoran dari SPBU Batu Hitam kita gugurkan karena SPBU tersebut tidak menjual minyak tanah,” ujarnya.
Namun, DLH masih akan tetap berupaya mengindetifikasi sumber pencemaran itu. Lantaran, berdasarkan pemantauan pada 2 Desember 2023 kemarin, sumur tersebut masih mengandung minyak tanah.
Pihaknya juga sudah menyurati Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk membantu proses identifikasi sumber pencemaran minyak tanah itu.
“Ini bisa dikatakan pencemaran, maka kami pemerintah harus mencari solusi untuk menghentikan sumber pencemaran itu,” tutupnya.
Namun sejumlah warga sekitar kurang percaya dengan adanya uji lab yang dilakukan langsung oleh PT Pertamina yang mengarah ke hasil yang menunjukan minyak Tanah.
Menanggapi hal itu, kepada keprinews.co, Meli yang menggaku berdomisili di Batu 2, mengatakan bahwa hasil lab tersebut berkumungkinan besar tidak benar.
“Untuk menghindari masalah, harus berkata jujur lah kemasyarakat saudara saya sumurnya juga di Gang Nila I tercemar. Di Tanjungpinang penggunaan untuk masak di dapur itu gas bukan minyak tanah. Mau cari minyak tanah pun sulit, karena jatah gas elpiji yang diperuntukan untuk warga Tanjungpinang,” tuturnya.
Lanjutnya, coba tanya ke ahli kimia, air yang tercemar minyak tanah warnanya tidak hitam seperti yang terjadi di lokasi sumur warga RT 03/RW 14, Kelurahan Tanjungpinang Barat.
“Kasus ini sama dengan kejadian yang terjadi beberapa daerah lainnya, karena ada kebocoran, atau pembersihan tangki yang menjadi limbah terbuang ke parit dan meresap ke tanah hingga membuat air sumur berubah warna. Persis kejadian di Batu Hitam,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Rina, warga sekitar, bahwa tidak masuk akal apabila hasil lab merujuk ke minyak tanah.
“Rata-rata warga di sini sudah gunakan gas. Dan untuk Tanjungpinang jatah penggunaan warga itu gas. berbeda dengan daerah Lingga jatahnya minyak tanah. Kami berharap SPBU ini dapat bertanggung jawab,dan jangan mengeluarkan hasil lab yang diduga rekayasa, dosa loh sama masyarakat. Jangan bohongi masyarakat, air sumur kami sudah jelas tercemar. Semoga kami mendapat keadilan yang benar,” ucapnya. (un)