KEPRINEWS – Pemerintah memperkuat dan meningkatkan efisiensi transformasi ekonomi nasional melalui digitalisasi di berbagai sektor. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyatakan hal itu dilakukan Pemerintah dengan merilis E-Catalog dan diprioritaskan untuk membeli Produk Lokal yang dihasilkan oleh UKM.
“Adanya Sistem Informasi Monitoring Barang Milik Negara (SIMBARA) yang mengintegrasikan seluruh data pengelolaan sumber daya mineral dan batubara di Indonesia,” ungkapnya dalam acara Young Presidents’ Organization (YPO) B20 Learning Event “Indonesian Investment Outlook” yang berlangsung virtual dari Jakarta Selatan, Sabtu (29/10/2022).
Menko Marves juga menjelaskan saat ini Pemerintah meningkatkan efisiensi pelabuhan melalui integrasi pelabuhan dan implementasi Ekosistem Logistik Nasional serta investasi di pusat data dan kabel bawah laut untuk mendukung ekonomi digital.
“Digitalisasi ini akan menurunkan biaya untuk produksi serta mencegah terjadinya korupsi. Justru akan meningkatkan pendapatan negara dan industri serta UKM lokal. Program pemerintah lainnya seperti pengadaan e-gov, dana desa, dan digitalisasi sistem pemerintahan akan meningkatkan ketahanan ekonomi kita di masa depan,” tuturnya.
Menko Luhut Pandjaitan menyakini ekonomi Indonesia akan bertahan terhadap ketidakpastian ekonomi global dengan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Indonesia tengah menuju transformasi ekonomi dengan tidak lagi mengandalkan komoditas mentah.
“Ketidakpastian situasi geopolitik dan tren penurunan harga komoditas utama Indonesia baru-baru ini menjadi tantangan utama bagi perekonomian kita tahun depan. Namun, kebijakan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam telah memberikan kontribusi untuk meningkatkan ketahanan ekonomi kita terhadap ketidakpastian ekonomi global tahun ini,” ungkapnya.
Menurut Menko Marves, melalui berbagai reformasi investasi yang memberikan insentif baik fiskal dan nonfiskal, Indonesia berhasil menarik lebih dari USD 100 miliar Foreign Direct Investment (FDI) selama 5 tahun terakhir, termasuk investasi utama pada industri nilai tambah berbasis nikel seperti besi dan baja serta baterai lithium.
“Indonesia akan menggunakan sumber daya mineralnya yang kaya seperti nikel, tembaga, kobalt, dan bauksit (aluminium) dikombinasikan dengan sumber listrik yang kompetitif dan melimpah termasuk energi terbarukan seperti tenaga air dan panas bumi untuk lebih menarik investasi yang dapat mengubah perekonomian kita di masa depan,” jelas Menko Luhut.
Indonesia telah berhasil menarik investasi utama untuk baterai Electric Vehicle (EV), seperti CATL dan LG Energy Solution, dua produsen Li-Battery terbesar di dunia. Selain itu, pemain material baterai utama seperti CNGR, BTR, Huayou, BASF, dan GEM telah berinvestasi di Indonesia. Hal ini akan menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan global untuk transisi energi.
“Melalui hilirisasi nikel menjadi Baterai Lithium dan Indonesia memiliki cadangan logam utama yang signifikan. Investasi dalam proyek terkait material baterai ini diperkirakan mencapai lebih dari US$19 Miliar. Industri Hilir akan terus berlanjut dan dikembangkan di Kawasan Industri di Kalimantan Utara di mana akan menjadi Industri Petrokimia terbesar,” jelas Menko Luhut. (*)