KEPRINEWS – World Tourism Day 2022 yang akan dirayakan di Bali pada 27 September 2022 merupakan peluang dan sinyal positif bagi pariwisata Indonesia untuk menjadi lokomotif pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif global.
“World Tourism Day yang jatuh pada 27 September 2022 untuk pertama kalinya dalam sejarah akan diselenggarakan di Indonesia, tepatnya di Bali. Kita harus ambil ini sebagai sinyal positif bahwa pariwisata Indonesia adalah salah satu pendorong bagi sektor parekraf dunia,” kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo saat memberikan sambutan dalam acara webinar “Road to World Tourism Day: Rethinking Tourism” dari Jakarta Pusat, Jumat (23/9/2022).
Pemulihan sektor pariwisata Indonesia dinilai menjadi salah satu best practice. Data menunjukkan pada Juli 2022, kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai lebih dari 470 ribu orang. Ini merupakan rekor tertinggi sejak pandemi Covid-19.
Secara kumulatif kunjungan wisman sepanjang semester I 2022 mencapai 1,2 juta orang. Angka tersebut terbilang baik dibanding dengan tahun 2021 yang dalam setahun jumlah kedatangan wisman hanya sebanyak 1,6 juta orang.
“Jadi kita harapkan performa tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. UNWTO sendiri telah memprediksi bahwa tahun ini sektor pariwisata bisa mencapai 70 persen dari performa pre-pandemi,” ujar Wamenparekraf.
“Kedepan berbagai kebijakan yang berpihak terhadap sektor pariwisata perlu kita kawal bersama dan kolaborasi dengan seluruh stakeholders serta peningkatan kepercayaan konsumen ini penting sekali dan menjadi faktor utama bagi pemulihan pariwisata yang bisa membawa harapan bagi jutaan orang di dunia,” kata Angela.
Wamenparekraf Angela juga ingin momentum World Tourism Day menjadi sebuah kesempatan bagi seluruh pihak di sektor pariwisata untuk merefleksikan kembali pariwisata seperti apa yang ingin dibangun kedepan.
“This is the time to rethinking tourism. Apa kita mau kembali pada pariwisata yang rentan terhadap bencana? Saya yakin jawabannya tidak,” kata Wamenparekraf.
Menurutnya salah satu upaya untuk menjadikan sektor pariwisata lebih resilien kedepan adalah dengan mengadopsi framework yang dirumuskan oleh para ahli yaitu ESG (Environmental, Social, and Governance). Dimana framework ESG adalah konsep pariwisata yang ramah lingkungan, pariwisata yang mendukung inklusi sosial dan budaya, serta tatanan pariwisata yang kokoh dan berkelanjutan.
“Kemenparekraf secara konsisten sangat berkomitmen untuk mendukung penguatan ekosistem sektor parekraf agar bisa berkelanjutan dan tangguh. Melalui pendekatan pembangunan yang berpusat pada masyarakat. Dan mengimplementasikan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi bersama-sama dengan semua pemangku kepentingan,” kata Angela.
Selain itu, dikatakan Wamenparekraf terdapat hal yang harus menjadi perhatian bersama. Yaitu peningkatan soft infrastructure di sektor parekraf, seperti peningkatan digitalisasi, event, hingga promosi. Karena jika dilihat di tahun-tahun sebelumnya lebih banyak hard infrastructure yang dibangun di destinasi pariwisata seperti pembangunan fasilitas pendukung aksesibilitas.
“Sekarang yang perlu kita perhatikan adalah soft infrastructure, seperti pembangunan sumber daya manusianya. Seperti apa bentuknya? Tentunya kembali kepada fondasi awal pariwisata yakni penguatan 6A yaitu aksesibilitas, atraksi, amenitas, aktivitas, akomodasi, dan ancilliary yang di dalamnya ada ekonomi kreatif,” kata Wamenparekraf.
“Saya yakin dengan berbagai kolaborasi yang ada kita bisa memantapkan untuk kebangkitan pariwisata Indonesia yang lebih berkualitas dan berkelanjutan. Karenanya mari kita sukseskan World Tourism Day 2022,” kata Angela.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf Henky Manurung menambahkan pada Mei 2022 World Economic Forum merilis indeks daya saing pariwisata dan perjalanan atau Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2021 yang menunjukkan peringkat Indonesia yang sebelumnya ada di level 44 naik 12 peringkat hingga berada pada posisi 32.
“Hal positifnya, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah perayaan World Tourism Day untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia. Dimana Indonesia memiliki kepentingan yang sangat besar untuk agenda pariwisata nasional dan global terutama dalam upaya pemulihan sektor pariwisata pascapandemi,” kata Henky.
Sementara itu President ASITA Dr. Rusmiati, M.Si mengatakan tahun 2022 menjadi momentum untuk kebangkitan sektor pariwisata dengan adanya berbagai event internasional salah satunya World Tourism Day yang dapat mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara. Dan menjadi peluang bagi biro perjalanan wisata untuk menawarkan paket wisata ke Indonesia melalui acara World Tourism Day ini.
“Semoga kehadiran webinar ini dapat menambah semarak World Tourism Day,” ujarnya.
Webinar “Road to World Tourism Day: Rethinking Tourism” merupakan kolaborasi antara Kemenparekraf dengan industri pariwisata yaitu Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (ASTINDO), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), dan Pacific Asia Travel Association (PATA).
Adapun sejumlah narasumber dihadirkan pada webinar tersebut di antaranya Duta Besar Indonesia Unguk Laos, Pratito Soeharyo; CEO PATA Indonesia, Purnomo Siswoprasetjo; Chairman of the Indonesian Muslimah Merchants Association, Siti Nur Azizah Ma’ruf; Sekretaris Umum GIPI sekaligus President of ASTINDO, Pauline Soeharno; Director of Commerce Sriwijaya Air, Henoch Rudi; Sekretaris Umum PHRI, Maulana Yusran; dan CEO and Founder Jejakin, Arfan Arlanda. (*)