Makalah Dari Mita Sianty
KEPRINEWS – Suatu kebiasaan berinteraksi yang terlihat sederhana dalam ucapan, yaitu ucapan sumpah. ‘Sumpah Demi Allah’ merupakan salah satu redaksi yang sering diucapkan oleh seseorang demi meyakinkan lawan bicaranya. Bahkan ada sebagian orang menjadikannya kebiasaan saat berinteraksi untuk meyakinkan sebuah perbuatan, baik perbuatan yang dilakukan atau tidak dilakukannya.
Konsekuensi dari suatu perkataan dan perbuatan memiliki hasil atau buah hidup di masa yang akan datang. Ibaratnya menanam, apa yang ditanam, itu lah yang dituai. Perkataan yang diucapkan itu akan dituai dikemudian hari. Apakah ucapan memberkati doa yang baik, atau sumpah/kutukan yang dilontarlan itu salah satu faktor penentu hidupnya di hari kemudian.
Menabur perkataan baik atau jahat, menjadi tuaian hidup yang tidak dapat ditukar, ibaratnya menanam padi akan menuai padi. Ini gambaran hidup yang harus ekstra hati-hati dalam berucap, apa lagi sampai melibatkan sumpah.
Pernahkah anda bersumpah? Sumpah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa berarti tiga hal. Pertama, sumpah adalah pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhan dan sebagainya).
Arti sumpah serapah menurut KBBI, yaitu berbagai kata buruk, maki makian, disertai kutukan dan sebagainya. Jadi, makna sumpah serapah ini begitu mengerikan dikarenakan dalamnyaa ada kata “kutuk”. Kutuk artinya doa atau kata-kata yang dapat mengakibatkan kesusahan atau bencana kepada seseorang.
Inisiasi orang bersumpah merupakan pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya dengan mempertaruhkan dirinya menderita, atau memposisikan hidupnya dalam keadaan terkutuk, untuk suatu keyakinan pernyataannya yang dikatakan.
Sumpah berarti janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu), seperti sumpah jabatan, sumpah perkawinan, sumpah meyakinkan ucapan dengan mempertaruhkan hidupnya dalam doa yang bermuara pada suatu kutukan atau jaminan kehancuran, diikat dengan nama Allah.
Perlu digaris bawahi, semua agama melarang adanya sumpah palsu, sumpah yang tidak ditepati, dianggap remeh. Apapun yang sudah diucapkan lewat pernyataan sumpah, itu pasti akan menjadi kenyataan yang akan dihadapi.
Mulai dari sumpah yang dianggap perlu seperti sumpah jabatan hingga sumpah yang tanpa sadar kita ucapkan untuk membenarkan perkataan, dengan kalimat seperti ‘demi Tuhan bukan saya’, ‘demi Tuhan jumlahnya bukan segitu’, dan sebagainya mungkin sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.
Khususnya untuk orang kristen, Alkitab sebagai sumber hukum telah menjelaskan tentang bersumpah, dan larangan agar tidak terjebak dalam ucapan sumpah. Allah tidak ingin manusia terperangkap dalam suatu sumpah ucapan sia-sia yang berdampak fatal.
- Matius 5:33 : Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
- Matius 5:34 : Tetapi aku berkata kepadamu: Janganlah sekal-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah.
- Matius 5:36 : Janganlah engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun
- Yakobus 5:12 : Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi surga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.
- Yeremia 4:2 : Dan jika engkau bersumpah dalam kesetiaan, dalam keadilan dan dalam kebenaran: Demi Tuhan yang hidup!, maka bangsa-bangsa akan saling memberkati di dalam Dia dan akan bermegah di dalam Dia.
Bersumpah sejatinya perlu dihindari, bersumpah memegang tanggung jawab berat. Terlebih jika sampai membawa-bawa nama Tuhan. Ketika sumpah itu palsu, atau tidak ditepati, maka hal itu akan terjadi sesuai perkataan. Menabur angin, menuai puting beliung.
Orang-orang yang memiliki kualitas hidup, berpegang pada kebenaran, akan berkata iya di atas iya dan tidak di atas tidak. Tanpa sumpah ucapan orang ini akan dipercaya. Reputasi seseorang dalam kejujuran, kata-katanya akan selalu berdasarkan fakta yang benar, mengatakan ya karena ya, dan tidak karena tidak. Jikalau seseorang sudah dikenal kejujurannya, siapapun tak akan menuntut suatu sumpah darinya.
Orang seperti ini akan selalu berhati-hati dalam ucapan, dan selalu menghindari perkataan sumpah. Dia tidak akan memaksa keadaan orang lain untuk harus percaya dengan ucapannya, tapi memberikan kesempatan ruang berpikir bagi orang lain untuk meyakini pernyataannya.
Ayok, mulai lah dengan memperkatakan sesuatu yang baik, sehat, ucapan yang tidak bermuatan sumpah, sehingga apapun yang kita perkatakan tidak akan menjerat diri sendiri dan menjadi perkataan yang memberkati hidup orang lain. Kualitas hidup itu diukur dari ucapan kita dalam bersosialisasi setiap hari. Perkataan adalah masa depan.