KEPRINEWS – Menghadapi bonus demografi, Pemerintah terus berusaha membekali kelompok usia produktif dengan keterampilan yang mampu mengembangkan potensi diri, baik sebagai pegawai maupun pengusaha. Menteri Koordinator Bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan hal itu ditujukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) yang unggul.
“Jika bonus demografi berhasil meningkatkan angka kerja maka kita akan bisa menjadi negara maju. Tapi ancamannya ada aging-population, Indonesia sangat rawan kalau kita tidak bisa melewati era bonus demografi,” ujarnya dalam Kuliah Umum Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA yang berlangsung secara virtual dari Jakarta Pusat, Sabtu (05/03/2022).
Menko Muhajir menjelaskan pembangunan SDM yang berkualitas bukan pekerjaan yang ringan. Pemerintah telah menyiapkan strategi untuk menghadirkan SDM Unggul yang mencakup semua tahapan kehidupan manusia dan proses berkesinambungan.
“Pemerintah telah memberikan intervensi program dan kebijakan pembangunan manusia secara komprehensif. Melalui intervensi secara komprehensif dan terintegrasi dalam human capital life cycle, akan terjadi looping positif dalam pembangunan SDM Indonesia,” tuturnya.
Menko PMK menyatakan penyiapan SDM unggul dimulai dengan memastikan kondisi kesehatan pranikah, intervensi masa kehamilan, asupan gizi pada periode anak-anak hingga pendidikan dasar dan menengah. Bahkan, Pemerintah menyediakan program pelatihan untuk mempersiapkan seseorang memasuki dunia kerja, dan meningkatkan kompetensi ataupun mendapatkan keterampilan baru.
“Kelompok usia produktif juga harus memiliki penghasilan yang cukup dan bisa menabung, sehingga berkontribusi dalam meningkatkan tabungan nasional sebagai modal penting pembangunan,” jelasnya.
Menurut Menko Muhajir tantangan dunia kerja semakin berat seiring dengan era bonus demografi. Mengutip data Statistik Kemendikbud tahun 2020, angka kasar perkiraan lulusan SMA sebanyak 3,6 juta pertahun, dan yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi hanya 1,3 juta lebih. Sementara pertahun, perguruan tinggi meluluskan 1,3 juta mahasiswa. Kemudian yang bekerja sebanyak 46 juta dan menganggur sebanyak 9 juta orang.
“Dari total data tersebut, paling tidak negara harus menyediakan lapangan pekerjaan baru hingga 2 juta pertahun. Dan inilah tantangan paling berat tentunya dengan bonus demografi,” ungkapnya.
Era Aging-Population
Dalam kuliah umum, Menko Muhadjir memaparkan saat ini Indonesia tengah memasuki periode bonus demografi. Di mana jumlah kelompok usia produktif lebih besar dari jumlah kelompok usia non-produktif. Bahkan, puncak bonus demografi diperkirakan akan maju di tahun 2030.
Menurut Menko PMK, pascabonus demografi, penduduk usia produktif yang semula mendominasi otomatis akan bergeser menjadi penduduk usia tua dan akan memasuki era aging population.
“Ancamannya kalau nanti yang produktif menjadi lansia, kalau dia ketika usia produktif tidak melakukan hal yang produktif. Tidak punya tabungan dan lainnya dan itu akan membebani negara,” tandasnya.
Oleh karena itu, Menko Muhadjir menyatakan momentum bonus demografi harus dipertahankan dan dimanfaatkan secara efektif. Momentum bonus demografi juga harus disertai penumbuhan pusat-pusat ekonomi baru yang disinkronkan dengan pengembangan pendidikan vokasi; memberi peran lebih banyak pada wanita; serta menambah skill usia produktif sesuai dengan perkembangan teknologi terkini.
“Karenanya, diperlukan implementasi masif pelaksanaan Perpres 72/2021, agar angka stunting menurun melalui penanganan yang komprehensif; pengendalian berbagai jenis penyakit, dan merealisasikan imunisasi dasar lengkap,” tegasnya.
Turut hadir pada kuliah umum virtual tersebut, Rektor UHAMKA Gunawan Suryoputro, Ketua dan Anggota Senat UHAMKA, para Wakil Rektor UHAMKA dan Mahasiswa Program Magister dan Doktor UHAMKA. (*)