KEPRINEWS – Ternyata bukan hanya di tingkat distributor dan pedagang termasuk konsumen yang keluhkan kenaikan harga daging ayam di pasaran. Saat ini, hal yang sama juga terjadi kepada peternak ayam, lokal maupun berskala nasional.
Peternak ayam mengeluhkan ihwal kenaikan harga pakan jagung yang terus melambung tinggi. Pada tahun 2022, pemerintah pusat menaikan Harga Acuan Pembelian (HAP) Jagung yang ditetapkan Rp4000 per kilogram.
Pada tahun 2023, kembali direvisi HAP Jagung naik di angka Rp5000. Saat ini secara keseluruhan harga naik Rp6500.
Salah satu Peternak lokal, Rusli, kepada keprinews.co, Rabu (27/9), mengatakan, kenaikan harga tersebut, tidak lain dari intervensi pemerintah yang menekan harga distribusi jagung pakan tersebut, termasuk harga vitamin.
“Saat ini banyak peternak yang tutup, alias bangkrut dampak dari kenaikan harga, seperti makanan Ayam, vitaminnya dan lain sebagainya. Sementara di tingkat pasar, maunya dengan harga murah yang tidak mengimbangi biaya produksi. Alasan pedagang, harga yang tinggi berdampak pada daya beli masyarakat yang terus menurun,” tuturnya.
Rusli menegaskan bahwa kenaikan harga daging ayam merupakan dinamika yang tidak bisa dihindari, karena adanya kenaikan biaya pokok produksi yang membebani produsen. Dan ini, memaang terjadi secara nasional.
Pihaknya meminta pemerintah memberikan subsidi jagung untuk para peternak secara merata dan terkontrol. Menurutnya dengan adanya subsidi jagung akan membawa dampak optimal dalam menekan ongkos produksi.
Seirama dengan itu, salah satu peternak ayam lokal, berdomisili di Bintan, Karim, menuturkan, bahwa ia sudah 4 bulan tidak lagi membuka usaha ternak ayam potong. Pasalnya, biaya produksi dan harga jual yang tidak seimbang, terus merugi.
“Kami memang peternak kecil, ketika terjadi kenaikan harga produksi dan harga jual yang tidak berimbang, dari pada merugi terus, jadi saya bating stir cari usaha lain. Harga saat ini aja sudah dibilang konsumen sangat mahal,” terangnya.
Apa lagi kalau mau dijual diimbangi dengan biaya produksi, pastinya masyarakat konsumen akan keluhkan nantinya.
“Di bulan Januari 2023 lalu, saudara-saudara kita peternak Ayam sudah banyak merugi dan tutup karena tidak sesuainya biaya produksi versus harga jualnya. Nah ini harus kita urai satu persatu. Jangan sampai harga murah di atas kertas tapi sedulur peternak bangkrut, malah tidak ada telur nanti di masyarakat. Tentu kita tidak ingin para produsen ini berhenti berproduksi, sebab ketika peternak berhenti berproduksi maka neraca akan defisit kita tidak dapat memenuhi kebutuhan protein dari unggas dari produksi dalam negeri. Ini yang kita hindari,” harapnya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Tanjungpinang (Disdagin), Riani, mengatakan, pihaknya terus berusaha untuk menormalkan kembali harga daging Ayam di pasaran. Saat ini Disdagin juga terus mengontrol harga di tingkat pasar dan kedai-kedai yang menjual Ayam potong.
“Dengan adanya keluhan masyarakat seputar kenaikan harga ini, sejumlah pelaku usaha pangan dan pemerintah terus melakukan intervensi pasar dalam melakukan gerakan pangan murah (pasar murah) menjual sejumlah komoditas,” tuturnya.
Mencermati dinamika harga daging ayam yang akhir-akhir cenderung meningkat, itu menjadi atensi kami. Tentunya untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga dan menekan inflasi agar tetap berada dalam kondisi yang terkontrol, kami terus melakukan pengecekan di pasar secara rutin,” ujarnya. (red)