
KEPRINEWS – Samsudin, seorang pria paruh baya berusia 70 tahun harus berjuang keras menjadi pemulung untuk menghidupi keluarganya.
Saat pagi tiba, Samsudin sudah mulai mendatangi lokasi konteiner sampah yang terletak di Jalan Arif Rahman Hakim, Kota Tanjungpinang, dan terkadang ia harus pulang tengah malam untuk bisa mendapatkan hasil yang cukup.
Pria paruh baya ini mengumpulkan sampah-sampah yang masih bernilai dari sampah yang dibuang oleh masyarakat ke konteiner sampah, untuk dijual kembali.
Profesi ini sudah ditekuninya selama 25 tahun, meski pendapatan yang tak menetap dan mungkin jauh dari kata cukup. Namun berkat perjuangannya, biaya hidup masih bisa ia dapatkan dari hasil sampah pilahan.
Sejumlah sampah pilahan yang masih bernilai, seperti plastik, kardus, kaleng, serta barang-barang lainnya. Meski harganya tak seberapa, namun diberangi nikmat syukur, hasil tersebut mampu menghidupi kehidupannya bersama keluarga.
“Intinya apa saja yang bisa ditimbang untuk dijual kita ambil, Alhamdulillah untuk memenuhi belanja keluarga cukup,” imbuhnya.
Diusia yang tak muda lagi, bukanlah suatu penghalang untuk menjadi seorang individu yang produktif, layaknya pak Samsudin.
Menurutnya, selama kita tetap berusaha dengan pekerjaaan yang halal, jalan rizki akan tetap terbuka. Inilah yang ditekuni pak Samsudin, tetap berjuang ditengah kerasnya kehidupan.
“Memang saya sudah tidak muda lagi, sudah 70 tahun. Terkadang tidak kuat lagi jika harus dipaksa, jadi kalau sudah lelah, saya istirahat di pondok yang saya buat,” curhatnya.
Disamping itu, bantuan dari warga berkecukupan juga menjadi berkah tersendiri bagi Samsudin. Bantuan bisa menjadi penunjang ditengah sulitnya ekonomi yang harus dijalani.
“Terkadang ada juga orang yang sedekah berupa beras dan uang, paling sering itu hari Jum’at sering membagikan makanan. Alhamdulillah rezeki yang penting kita jangan minta-minta,” sipunya. (un)