KEPRINEWS – Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) Natuna mengalami krisis keuangan, yang berdampak tidak dapat menampung para pengepul ikan selayang yang kini banjir di pasaran, secara optimal. Hal ini dikatakan oleh Penanggungjawab Kegiatan Usaha Unit Natuna Perum Perindo Selat Lampa Robertto kepada wartawan hari Selasa (18/06/2019).
Konsekuensinya, di tahun ke-tiga akhirnya pihak Perindo memberhentikan sementara pembelian ikan Selayang dari Nelayan Bagan. Salah satu faktor yang tidak dapat menampung sebab ikan jenis Tamban, terutama Selayang, sedang panen besar-besaran dan banjir ikan tersebut di pasaran, hingga harga menurun drastis.
Dalam klasifikasi harga jenis ikan Tamban dan Selayang sangat murah saat-saat ini. Sepintas lalu saja para konsumen menyukai akan jenis ikan ini. Tapi pada dasarnya lewat kualitas jenis-jenis ikan yang digemari masyarakat pada umumnya diakui seperti jenis ikan Layaran, Setuhuk, Ikan Pedang, Remang, yang tergolong kualitas baik.
Namun, dengan banjirnya di pasaran nilai harganya ikan yang digemari konsumen juga termasuk relatif murah. Tentu saja hal ini hanya termasuk pengecualian dan terdapat hanya pada daerah-daerah tertentu. Permasalahan ini membuat pihak Perindo mengalami hutang-piutang kepada pihak pengumpul ikan Selayang untuk wilayah Kabupaten Natuna. Ditambah Robertto, peristiwa banjir ikan selayang ini juga berdampak pada daerah Jawa dan Kalimantan.
Dimana para pelaku usaha pabrik ikan lainnya juga, banyak menahan ikan dan tidak melakukan pembelian sementara menunggu harga ikan kembali stabil.
Hadirnya Perindo di Natuna sampai hari ini, genap 3 tahun baru kali ini mengalami krisis keuangan yang signifikan. Untuk tahun pertama dan tahun kedua dalam kondisi seperti sekarang pun Perindo masih tetap menyerap hasil tangkapan nelayan.
Akan tetapi untuk nelayan pancing, Perindo masih membelinya, tapi untuk nelayan bagan sementara waktu diberhentikan, lanjut Robertto. Nelayan Bagan saat ini sulit untuk menjual dikarenakan tempat biasa menjual juga menolak. “Dengan demikian, muncul cerita Perindo tidak menyerap hasil perikanan nelayan. Padahal kondisi di pasaran benar-benar sulit untuk saat ini.,” tuturnya.
Upaya dan terobosan untuk permasalahan ini, Perindo akan mencoba melakukan penjualan ekspor produk langsung ke luar negeri. Saat ini tinggal hanya merubah produk yang biasanya di kirim utuh ke arah produk yang sudah diolah, sehingga ada nilai jualnya.
Seputar keterpurukan krisis keuangan, namun SKPT Natuna dikategotrikan lebih maju selangkah ketimbang 11 SKPT yang tersebar di seluruh indonesia. Hal ini salah satu bentuk perhatian dari pemerintah terhadap Natuna.
Laporan Ilham Dari Natuna