KepriNews.co – Selasa (12/02/2019) Edy Sofyan Kepala DKP Provinsi Kepri tiba-tiba datang menghamipiri beberapa orang yang lagi menunggu Gubernur Kepri di lantai 4 Kantor Gubernur Dompak, dengan mimik muka yang seram dan menunjuk-nunjuk tangan kepada salah satu wartawan.
Tidak ada persoalan dalam hal ini, tiba-tiba Edy datang dan mengatakan sesuatu yang tidak pantas dikeluarkan oleh seorang pejabat. Pasalnya, ini merusak citra Pemprov dan daerah yang dikenal dengan keramahan dan sopan santun.
“Kenapa kamu senyum-senyum. Eeeh kenapa kau lihat saya dengan senyum. Jangan kau senyum-senyum, kalau saya bukan pejabat udah habis kamu. Senyum kamu lagi habis kamu, untung aja saya pejabat,” tutur Edy yang saat itu Edy baru ambil air wudhu mau sholat.
Namun saat itu wartawan tersebut tidak melayan kata-katanya, karena mengetahui dia baru siap ambil wudhu untuk sholat. Namun dengan gayanya yang menunjuk-nunjuk tangan, lebih dari perilaku ‘preman’ yang tidak punya sopan santun sama sekali, membuat orang lain yang berada di tempat itu geram.
Dalam Islam, senyum merupakan bentuk ibadah yang berpahala. Sehingga sangat dianjurkan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda, “Tersenyumlah ketika bertemu dengan saudara kalian adalah termasuk ibadah.
Setelah Redaksi KepriNews.co mengkonfirmasi kepada wartawan yang diancam Edy, mengatakan bahwa selama ini tidak ada komunikasi dengan Edy, terkahir saat di kantor polisi seputar pemberitaan tentang dugaan perselingkuhan dia. Dan itu pun sudah lama.
“Saya merasa keberatan karena dengan perbuatan tidak menyenangkan dan secara tidak langsung mengancam untuk dihabisin kalau dia bukan pejabat. Kami dan teman-teman lagi bercanda gurau, dan karena merasa hormat dan kenal dia, jadi kami menyapa dengan senyum. Tapi anehnya dia langsung marah dan bilang jangan senyum-senyum sama aku. Tapi tetap saja saya senyum, menggingat banyak orang dan itu kantor bukan rumah pribadi,” tuturnya dengan nada sedih, sembari mengatakan kalau masih ada orang sombong dan tidak punya etika sama sekali.
Dalam hal ini lanjutnya, gubernur harus memilih orang-orang untuk eselon II yang memiliki kesopanan dan kewarasan. Lantaran, tidak ada masalah apa-apa langsung dengan gaya arogansinya.
“Jangan cuman tahu gilanya, gila kami juga dia tidak tahu, jangan hanya tahu emosinya, emosi kami juga dia tak tahu. Tapi kami masih punya etika dan pengusaan diri, karena itu kantor gubernur, bukan arena tinju,” pungkasnya.
Salah satu temannya oknum wartawan ini yang duduk bersama dengannya juga sempat emosi dan mengatakan akan melemparkan dia botol aqua kalau dia kembali dan mengancam. Jadi secara tidak langsung, Edy Sofyan memancing kerusuhan, tidak sopan dan sombongnya tidak terarah serta seorang pendendam.
Komunikasi dan senyum merupakan aktivitas interaksi antara dua pihak atau lebih dalam rangka bertukar informasi dan menciptakan hubungan. Dengan cara Edy seperti itu, dinilai wartawan tersebut, selain tidak punya akal sehat, gaya hidup tak sehat, dendam berkepanjangan, akan berdampak buruk bagi instansi yang dia pimpim. (Bersambung Edisi Selanjut).(Redaksi)