KEPRINEWS – Satu hari menjelang tahun baru Imlek, Sabtu (10/2/2024) besok, warga etnis Tionghoa ramai melakukan ritual sembahyang para leluhur di Vihara Avalokitesvara Graha, Tanjungpinang.
Vihara Avalokitesvara Graha merupakan salah satu kompleks Vihara terbesar di Tanjungpinang, dimana kegiatan sembahyang tersebut dilakukan di gedung penyimpan abu kremasi.
Salah satu warga Tionghoa, Yoyo menyebut sembahyang leluhur merupakan salah satu tradisi keturunan Tionghoa dalam menyambut tahun baru Imlek.
Sembahyang leluhur ini ditujukan untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur serta menunjukkan bakti kepada keluarga dan saudara yang telah tiada demi memperkokoh persatuan dalam segaris keturunan.
“Saya kesini bersama anak-anak saya, kami datang mendoakan arwah istri saya yang telah meninggal,” kata Yoyo, Jumat (9/2/2024) pada media ini.
Menurut Yoyo, pada umumnya sembahyang leluhur ini dilakukan dengan membakar tiga dupa secara satu-persatu. Dimana setiap dupa yang terbakar habis akan diganti dengan dupa baru sampai tiga dupa.
“Jadi kita pakai tiga dupa, satu dupa biasanya 30 menit sudah habis dan kita ganti dengan dupa yang baru,” ungkapnya.
Selain itu, kata dia, saat melakukan sembahyang leluhur juga biasanya membawa makanan sebagai persembahan, yang merupakan makanan masak yang siap dimakan.
“Contohnya sayur, namun menu lauk pauk yang kita bawa harus ganjil, misalkan harus 3 macam, 5 macam dan seterusnya. Setelah didoakan makanan akan kita bawa pulang lagi untuk dimakan,” ujarnya.
Sementara warga Tionghoa lainnya, Ben menyebut ibadah leluhur biasanya dilakukan empat kali dalam setahun, yakni pada bulan empat, bulan tujuh, menjelang Imlek, dan hari wafat leluhur.
“Jadi salah satu sembahyang leluhur dilakukan satu hari sebelum Imlek, kita menyempatkan waktu datang untuk mendoakan saudara dan leluhur kita yang telah tiada,” imbuhnya.
Dikatakannya, ibadah leluhur juga tak harus dilakukan di Vihara atau tempat kremasi, namun bisa dilakukan di rumah masing-masing bagi jasad yang dikuburkan.
“Jadi tidak semua harus kesini, kalau keluarganya di kubur bisa beribadah di rumah. Namun kan banyak yang sembahyang disini karna memang abu kremasinya diletakan disini,” pungkasnya. (un)