
KEPRINEWS – Tradisi pergantian tahun, sudah menjadi hal yang lumrah para pedagang kembang api dan terompet musiman terlihat mengisi pinggiran jalan di Tanjungpinang.
Momen pergantian tahun memang menjadi peluang bagi pedagang musiman meraup untung banyak.
Namun, para pedagang menilai bahwa penjualan kembang api dan terompet semakin menurun belakangan ini. Bahkan, penurunannya mencapai 50 persen.
Seperti yang disampaikan pedagang di Jalan DI Panjaitan Batu IX, Andre mengaku bahwa sepinya pembeli sudah terjadi sejak 3 tahun terkahir ini.
“Tepatnya semenjak corona penjualan kembang api jadi merosot drastis hingga 50 persen,” kata Andre, baru-baru ini.
Menurutnya, saat ini masyarakat lebih cenderung memilih barang dengan harga murah dibandingkan yang mahal. Penurunan penjualan ini juga disebabkan oleh persaingan dengan penjualan online yang semakin marak.
Andre menjadi pedagang musiman yang selalu membuka lapak kembang api dan terompet di setiap hari besar, seperti saat Imlek, Idul Fitri, Bulan Ramadhan, Natal dan Tahun Baru.
Di momen Nataru tahun ini, ia telah membuka lapaknya sejak 23 Desember kemarin, namun ia mengaku penjualan kembang api dan terompet tahun ini sangat sepi.
“Bahkan pada malam tahun baru kemarin penjualan kembang api tak seramai dulu, yang penting ada untuk tambahan penghasilan,” ujarnya.
Untuk kisaran harga, menurutnya bergantung dari ukuran dan jenis petasan. Ia menjual berbagai varian mulai dari ukuran kecil seharga Rp5 ribu hingga jutaan rupiah untuk ukuran besar.
Sementara untuk harga terompet berkisar mulai dari Rp7 ribu hingga Rp35 ribu tergantung ukurannya.
“Pada malam tahun baru kemarin banyak yang membeli ukuran besar dengan harga Rp1 jutaan, seperti petasan isi 100. Tapi itupun tak seberapa yang beli,” pungkasnya. (un)