KEPRINEWS – Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, Elfiani Sandri, belum lama ini, kepada wartawan, menyampaikan angka stunting di tahun 2023 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022 lalu.
Dirincikannya, hingga Oktober 2023 berdasarkan data penimbangan dan pengukuran balita yang dilakukan oleh posyandu Tanjungpinang, ada 383 balita masuk kategori stunting. Sementara, tahun 2022, angka stunting berjumlah 350 balita.
Jumlah ini berdasarkan data timbangan posyandu. Untuk data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) atau Survei Kesehatan Indonesia (SKI) untuk tahun 2023 belum terbit.
Dikatakannya, dengan adanya kenaikan angka stunting, pihaknya, dalam hal ini puskesmas dan jajaran bidang kesehatan lainnya, gencar melakukan pencarian kasus.
“Semakin terus kita lakukan pencarian, lalu semakin cepat kita untuk intervensi,” terangnya.
Informasi yang dihimpun media ini dari beberapa petugas Posyandu dan Puskesmas, bahwa angka stunting di Tanjungpinang mengalami kenaikan. Jumlah pastinya tidak disebutkan secara rinci, tapi dari hasil survei dan laporan dari sejumlah posyandu, adanya kenaikan angka stunting.
Salah satu petugas kesehatan yang saat ini bertugas di salah satu puskesmas Tanjungpinang (namanya dirahasiakan-red), menyebutkan bahwa jumlah stunting mengalami kenaikan. Dan hal ini menjadi topik pembahasan di grup whatsapp mereka.
“Saya tidak bisa memberikan keterangan yang spesifik, karena itu rananya kepala dinas. Alangkah baiknya kenaikan jumlah stunting itu dipublikasikan, tidak perlu ditutupi, agar masyarakat pun dapat melakukan pencegahan dan antisipasi lainnya. Pada hal ini kan fakta, saya liat sepertinya ada yang ditutup tutupi,” sarannya.
Mengenai kenaikan angka stunting yang sudah menjadi bahan pembicaraan sejumlah petugas kesehatan, saat ditanya ke Kadinkes Tanjungpinang, Elfiani Sandri, Kamis (1/2), dikatakannya, bahwa tidak bisa kita sebut angka stunting naik. Karena angka prevalensi stunting berdasarkan survei kesehatan Indoneaia (SKI), untuk tahun 2023, hasilnya belum dirilis oleh pusat.
Berbicara soal jumlah anak stunting yang dipantau melalui penimbangan dan pengukuran di posyandu, bisa berubah setiap bulannya, sesuai dengan kondisi anak. Karena itu, perlu pemantauan secara rutin setiap bulan melalui posyandu.
“Karena balita yang disasar, ditimbang dan diukur juga semakin banyak. Semakin cepat kita mendeteksi, menemukan kasus maka semakin cepat juga diintervensi, akan lebih baik, sehingga bisa melakukan upaya penurunan stunting dengan cepat,” ungkapnya. (red)