
KEPRINEWS – Komoditas pertanian di Kabupaten Bintan lesu. Banyak petani, pelaku agribisnis
yang memiliki potensi pasar domestik menjanjikan, baik itu kelapa sawit, perkebunan sayur, perkebunan holtikultura, padi, pada teriak minta bantuan pemerintah yang dua tahun belakangan ini tidak ada bantuan.
Seperti dikatakan salah satu petani di Bintan, biasa disapa Pakde, kepada media ini, Minggu (13/4), bahwa ia memiliki lahan dan sudah ditanam Semangka. Tapi karena tidak ada pupuk, jadi pertumbuhannya lambat dan banyak yang mati.
“Harga pupuk melambung tinggi, tak sesuai nanti dengan harga jual. Hal yang sama juga dialami oleh teman-teman kita petani sayur, ubi, dan lainnya. Beberapa kali ada bantuan dari pemerintah, baik itu di tingkat provinsi dan kabupaten, tapi tidak sampai ke tangan petani. Banyak petani yang diundang, dan dilakukan penyerahan bantuan secara simbolis, namun hanya ketua kelompok yang dapat. Serahkan secara simbolis, kelanjutan dari simbolisnya tidak ada,” ujarnya.
Makanya Sorgum di Bintan tidak jalan. Tanaman bawang merah tak jalan, bahkan buah Naga juga demikian. Petani padi pada gulung tikar.
Lanjutnya, sayangnya hanya diserahkan lewat ketua kelompok, yang nama-namanya diduga hanya berisi kakak beradik dan nama fiktif. Dirinya dan teman-teman yang benar-benar petani tidak merasakan.
“Rata-rata petani di Bintan tidak ada yang berhasil. Semua alami kegagalan. Coba kasih tahu tanaman pertanian apa yang berhasil di Bintan. Semua pada kolaps, karena harga penjualan tidak sebanding obat penyemprotan hama dan pupuk,” ujarnya.
Seirama dengan itu, petani sawah di Poyotomo, (namanya tidak mau disebutkan-red), mengakui bahwa dua tahun belakangan ini tidak ada bantuan dari pemerintah.
“Kami tidak pernah merasakan adanya bantuan. Makanya saat ini coba liat, tidak ada penanaman padi, hanya ketua kelompok saja yang bisa menanam saat ini. Kami dan para petani lainnya merasa banyak dibohongi orang dinas,” tegasnya.
Coba kalau ada panem, dari dinas pertanian datang ambil foto. Hanya panen satu hektar dibilang belasan hektar. Bila ada bantuan, hanya orang- itu-itu saja yang dapat, padahal mereka punya mobil mewah, bisa dikategorikan orang kaya, dan nama-nama di kelompoknya hanya berisi kolega-koleganya, keluarganya yang belum tentu itu petani.
“Kemarin sampai ada teman petani kami ngamuk di dinas, tapi diusuir orang oleh orang dinas. Karena teman petani kami merasa dimanfaatin, hanya ambil gambar lahan kebun dan tanda tangan petani, tapi apa yang dijanjikan tidak pernah ada,” terangnya.
Makanya lihat sekarang, tidak ada kemajuan atau petani yang berhasil di Bintan. Anehnya, kemarin panen gagal pun diambil dokumentasi oleh orang dinas, seakan-akan ada panen besar.
“Nampak kali bohongnya. Kami panen gagal tidak sampai sehektar, diberita panen berhasil sampai belasan hektar. Begitu juga dibilang ada bantuan bibit padi, katanya bibit itu dari luar, cek per cek ternyata bibitnya dari sini juga yang hasil dari panen gagal. Kami minta pemerintah robah teknis bantuannya, cek kelompok tani yang mendapatkan bantuan, jangan sampai ada kongkalikong, jadi yang benar-benar petani tidak dapat bantuan,” pungkasnya. (tim)