
KEPRINEWS – Keluhan para ibu-ibu rumah tangga, pengusaha kuliner di Tanjungpinang, rata-rata mengungkapkan peredaran beras premium oplosan yang jarang tersentuh hukum, saat ini diduga mendominasi pasar, merugikan dan membuat kesal para emak-emak.
Menyoal komoditas beras menyangkut hajat hidup orang banyak, merupakan kebutuhan pangan pokok bagi mayoritas masyarakat.
Kekesalan masyarakat mengenai peredaran beras oplosan menjadi topik pembicaraan para kaum ibu di acara arisan perumahan Gesya, Kamis (16/1).
Seperti dikatakan salah satu anggota arisan, Maya, setiap kali dirinya membeli beras premium, satu dua kali masih bagus, seterusnya beras sudah berbeda rasanya.
“Saat beli dengan merek tertentu, biasanya hanya pertama kali aja bagus, rasanya enak, pas dibeli lagi dengan merek sama, rasanya sudah berbeda. Bahkan warna, bentuk beras pun berbeda. Saya pindah lagi merek lain, sama juga kejadiannya, tak tahu merek apa yang kualitasnya tak akan berubah,” ungkapnya.
Bahkan beberapa kali ia komplain ke kedai yang dibelinya, pemilik kedai hanya minta beras ditukar. Belanja beras di toko lain juga terjadi hal serupa. Begitu juga beli di pasar. Rasanya tidak ada yang aman untuk komoditas beras.
Senada dengan itu, Emi pedagang lontong, mengungkapkan, sampai saat ini, ia tidak tahu mau beli beras di mana yang aman dari oplosan. Diceritakan, baru-baru ini, ia bertengkar dengan salah satu toko langganannya belanja komoditas pangan, termasuk beras. Dikarenakan beras dengan merek yang sama selalu beruba isi dan kualitasnya.
“Saya beli dua kemasan per 5 kilogram, baru terpakai 1 kemasan kualitas beras jauh berbeda dengan sebelumnya. Jadi satu kemasan itu saya balikin. Saya bilang kalau beras dengan merek ini diduga kuat sudah dioplos karena rasanya berbeda. Setiap hari saya membuat lontong, tahu betul masalah beras. Namun dari pihak toko menawarkan untuk ditukar dengan merek lain, dan mengatakan akan mengkomplain ke gudang beras yang mensuplai,” ucapnya.
Ternyata hal yang sama rata-rata dialami oleh para ibu-ibu arisan itu. Pengeluhan yang sama dibeberkan para kaum ibu mengenai indikasi oplosan beras di wilayah Tanjungpinang yang merajalela.
Dari infomasi yang diterima keprinews.co, kembali melakukan konfirmasi ke salah satu toko yang diduga menjual beras premium oplosan. Pihak toko tersebut mengakui, kalau masalah penjualan beras, paling banyak menerima komplain dari pembeli.
“Tapi bukan hanya di tempat kami, di tempat lain juga para penjual eceran beras mengalama hal yang sama, selalu menerima ocehan dari konsumen. Saya takut berbicara terlalu dalam, hanya saja ini menjadi PR untuk Pemda dan aparat penegak hukum. Kami mendapatkan beras ini dari distributor, gudang bersas, atau dari sales beras,” ucapnya.
Kecurigaan masyarakat mengenai beras oplosan, diperjelas oleh salah seorang yang pernah bekerja di gudang beras Tanjungpinang, berinisial A. Ia membeberkan, diketahuinya, beras oplosan yang beredar banyak di pasaran itu beras Bulog yang dikemas ulang dengan kemasan premium agar dijual dengan harga yang lebih mahal.
Dijelaskannya, di tempat pengoplosan, sudah tersedia kemasan berbagai merek yang laris di pasaran. Setiap merek beras yang cepat laku, menjadi sasaran disisipi beras yang sudah di-mix. Jenis Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau beras bulog, paling banyak dimainkan mafia beras.
“Pengoplosan didominasi beras premium yang di-mix dengan SPHP, dijual harga tinggi. Saat aku masih bekerja sama toke beras, saya banyak tahu dan mengenal permainan pengoplosan beras. Bahkan beras Bulog dijual melebihi harga HET, mengunakan beragam modus yang jarang diketahui dan diperhatikan pembeli,” ucapnya.
Hal ini ini menjadi ancaman bagi masyarakat yang harus ditindak lanjuti oleh APH. Menurutnya, untuk menekan peredaran beras oplosan di pasaran, pihak Bulog Tanjungpinang harus lebih selektif dan perkuat pengawasan di sejumlah penerima jatah Bulog, Rumah Pangan Kita (RPK), penyalur, sampai ke pedagang eceran.
Peluang kejahatan ini terjadi, karena mendapatkan jatah beras Bulog yang besar, dan terjadi penyalagunaan SPHP. Petugas Bulog harus diperketat jangan sampai terjadi kecurangan untuk melebihi jatah SPHP ke penerima. Hal ini salah satu pemicu kenapa harga beras terus naik, dan tidak pernah mengalami penurunan harga.
Cek data pengiriman distributor maupun mitra Bulog lainnya. Dari data Bulog, permintaan beras SPHP di Pulau Bintan (Tanjungpinang-Bintan) termasuk tinggi, Per hari capai 15 -20 ton. Kemana 20 ton itu disalurkan dengan benar dan harga yang sesuai.
“Untuk warna dan aroma beras premium dan oplosan itu sulit dibedakan, sebab ada parfum khusus yang disemprot ke beras oplosan sehingga aromanya mirip beras premium atau lokal. Begitu juga warna, ada pewarna beras yang membuat warnanya mirip kualitas premium,” ungkapnya.
Menyoal tempat oplosan, para mafia beras sudah ekstra hati-hati. Tempat mengoplos sudah tersendiri di tempat khusus yang tidak terkontaminasi dengan aktivitas jual beli dan orang luar. Beras biasa yang disulap menjadi premium seutuhnya, itu tidak dijual langsung, atau dijual di gudang berasnya, tapi dijual dengan menggunakan sales atau mobil box yang seakan-akan distributor luar, untuk menghindari pelacakan kejahatan oplosan.
Hal ini jelas melanggar UU nomor 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen atau Pasal 143 Jo Pasal 99 dan Pasal 144 Jo Pasal 100 ayat 2, UU nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan dengan ancaman paling lama 5 tahun penjara. (tim)